Features Title Here. Consectetur adipisicing

Features Content Here. Sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat.

iodium

Senin, 10 Desember 2012

Pengertian Yodium
Dalam tubuh terkandung sekitar 25 mg yodium yang tersebar dalam semua jaringan tubuh, kandungannya yang tinggi yaitu sekitar sepertiganya terdapat dalam kelenjar tiroid, dan yang relatif lebih tinggi dari itu ialah pada ovari, otot, dan darah.
Yodium diserap dalam bentuk yodida, yang di dalam kelenjar tiroid dioksidasi dengan cepat menjadi yodium, terikat pada molekul tirosin dan tiroglobulin. Selanjutnya tiroglobulin dihidrolisis menghasilkan tiroksin dan asam amino beryodium, tiroksin terikat oleh protein. Asam amino beryodium selanjutnya segera dipecah dan menghasilkan asam amino dalam proses deaminasi, dekarboksilasi dan oksidasi (Kartasapoetra, 2005).
Definisi Garam Beryodium
Garam beryodium adalah garam yang telah diperkaya dengan yodium yang dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan dan kecerdasan.
Garam beryodium yang digunakan sebagai garam konsumsi harus memenuhi standar nasional indonesia (SNI) antara lain mengandung yodium sebesar 30 – 80 ppm (Depkes RI, 2000).
Persyaratan Pemenuhan Garam Sehat
Garam yodium diharuskan dikonsumsi seluruh penduduk baik di daerah endemic maupun di daerah bukan endemic
Konsumsi garam yodium rata-rata per orang per hari 10 gr dan kebutuhan ion yodium sebesar 150-200 mikrogram per orang per hari bila konsmsi rata-rata
Batas maxsimal konsumsi ion yodium yang dapat di toleler oleh tubuh adalah 2.000 mikrogram per orang per hari.
Bila konsumsi rata-rata 25-60 ug seseorang sehari, akan terdapat kasus goiter, tetapi tidak banyak terlihat kasus cretinism.
Pengelolaan garam sehat
Penyimpanan
Garam yodium perlu di simpan :
1) Di bejana atau wadah tertutup
2) Tidak kena cahaya
3) Tidak dekat dengan tempat lembab air, hal ini untuk menghindari penurunan kadar yodium dan meningkatkan kadar air, karena kadar yodium menurun bila terkena panas dan kadar air yang tinggal akan melekatkan yodium.
Penggunaan garam yodium
Cara penggunaan garam yodium:
1) Tidak di bumbukan pada sayuran mendidih, tetapi dimasukkan setelah sayuran diangkat dari tungku, kadar Kalium Iodate (KIO3) dalam makanan akan terjadi penurunan setelah dididihkan 10 menit.
2) Kadar yodium juga akan menurun pada makanan yang asam, makin asam makanan makin mudah menghilangkan KIO3 dari makanan tersebut.
Contoh : Perubahan kadar yang di tambahkan pada berbagai macam makanan sebelum dan sesudah di panaskan dengan pengukuran yang dilakukan di laboratorium adalah sebagai berikut :
Gambar 2.1. Pengurangan Kadar Yodium (KIO3) Akibat Proses Pengolahan
Proses perusak terhadap kandungan yodium
1) Merebus (terbuka) kadar yodium hilang ± 50 %
2) Menggoreng kadar yodium hilang ± 35 %
3) Memanggang kadar yodium hilang ± 25 %
4) Brengkesan atau pepesan kadar yodium hilang ± 10 %
Ciri-ciri Pemilihan Garam Yang Baik di Pasaran
Berlabel mengandung yodium
Berwarna putih bersih.
Kering
Kemasan baik / tertutup rapat.
Cara mengetahui kadar yodium dalam garam
Untuk mengetahui kadar iodium dalam garam dapat dilakukan oleh pengetesan yang dapat dilakukan siapa saja dengan cara :
Dengan Yodida / Test Kit
Caranya:
1) Ambil 1 sendok teh garam, lalu tetesi dengan cairan yodida.
2) Tunggu beberapa menit sampai terjadi perubahan warna pada garam dari putih menjadi biru keunguan (pada garam beryodium).
3) Bandingkan dengan warna yang ada pada kit yang tertera pada kemasan.


Dengan parutan singkong.
Bila tidak tersedia test kit atau cairan yodida, maka ada cara yang sederhana dan tidak membutuhkan biaya yang tinggi yaitu dengan parutan singkong.
Caranya :
1) Kupas singkong yang masih segar, kemudian parut dan peras tanpa air.
2) Tuang 1 sendok perasan singkong parut tanpa di tambah air ke dalam tempat yang bersih.
3) Tambahkan 4 – 6 sendok teh munjung garam yang akan diperiksa.
4) Tambahkan 2 sendok teh cuka, aduk sampai rata, biarkan beberapa menit. Bila timbul biru keunguan berarti garam tersebut mengandung yodium.

boraks

Selasa, 04 Desember 2012


Boraks maupun bleng tidak aman untuk dikonsumsi sebagai makanan dalam dosis berlebihan, tetapi ironisnya penggunaan boraks dalam dosis berlebihan sebagai komponen dalam makanan sudah meluas di seluruh dunia. Mengkonsumsi makanan berboraks dalam jumlah berlebihan akan menyebabkan gangguan otak, hati, dan ginjal. Dalam jumlah banyak, boraks menyebabkan demam, anuria (tidak terbentuknya urin), koma, merangsang sistem saraf pusat, menimbulkan depresi, apatis, sianosis, tekanan darah turun, kerusakan ginjal, pingsan, hingga kematian. Batas aman/legal penggunaan boraks dalam makanan adalah 1 gram / 1 kg pangan
Bleng atau boraks biasanya dipakai dalam pembuatan makanan berikut ini:
  • karak/lèmpèng (kerupuk beras), sebagai komponen pembantu pembuatan gendar (adonan calon kerupuk)
  • mi
  • lontong, sebagai pengeras
  • ketupat, sebagai pengeras
  • bakso, sebagai pengawet dan pengeras
  • kecap, sebagai pengawet
  • cenil, sebagai pengeras
MUI berwacana untuk membuat fatwa haram penggunaan boraks dalam jumlah berlebih (> 1 gr/kg pangan) pada bulan Agustus 2012.
Standarisasi HCl dengan borax menggunakan borax yang dilarutkan dengan akuades. Borax dilarutkan karena borax berbentuk kristal sehingga tidak bisa dititrasi secara langsung. Zat yang bisa dititrasi secara langsung adalah zat yang memiliki fase cair dengan reaksi pelarutan sebagai berikut :
Na2B4O7 + 2H2O → 2NaOH + H2B4O7
Setelah itu ditambahkan indikator metil merah sebagai zat yang dapat menandakan tercapainya titik akhir titrasi. Penambahan metil merah mengakibatkan warna larutan borak berubah menjadi kuning. Hal ini dikarenakan indikator metil merah yang memiliki trayek PH sebesar 4,2-6,3 berwarna kuning dalam larutan basa, kemudian larutan tersebut dititrasi dengan HCl 0,1 N. Titrasi dilakukan hingga titik akhir titrasi tercapai saat larutan yang berwarna kuning berubah menjadi merah muda. Perubahan warna ini terjadi karena mol titran sama dengan mol titrat dan indikator bereaksi dengan HCl. Adanya ion H+ dari HCl yang mengakibatkan terjadinya perubahan pH larutan dan mempengaruhi warna indikator dalam larutan.
I-13
Pembakuan HCl menggunakan borax karena borax adalah suatu standar primer yang mudah didapat dalam keadaan murni, borax ttidak berkurang beratnya sewaktu terkena udara, mudah dikeringkan dan tidak higroskopik. Serta memiliki berat ekivalen yang cukup tinggi agar dapat mengurangi konsekuensi akibat kesalahan dalam penimbangan. Setelah melakukan dua kali titrasi didapatkan voume HCl untuk titrasi pertama adalah 11,1 mL dan volume HCl untuk titrasi kedua adalah 18,2 mL. Perbedaan volume titrasi pertama dan kedua yang jauh dikarenakan pada titrasi kedua menggunakan alat yang digunakan pada titrasi pertama. Meskipun telah dicuci namun adanya zat yang tertinggal dari titrasi pertama pada erlenmeyer dapat mempengaruhi volume titran yang digunakan pada titrasi kedua, karena waktu untuk mencapai titik ekivalen semakin lama. Adapun rata-rata volume titrannya adalah 14,65 mL. Dari perhitungan diperoleh normalitas HCl setelah di standarisasi sebesar 0,0709 N. Reaksi yang terjadi adalah :
Na2B4O7 + 2 HCl + 5 H2O → 2NaCl + 4H3BO3


PENETAPAN KADAR CUKA

Senin, 22 Oktober 2012

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
            Asam secara paling sederhana didefinisikan sebagai zat yang bila dilarutkan dalam air, mengalami disosiasi dengan pembentukan ion hidrogen sebagai ion positif. Sedangkan basa secara paling sederhana didefinisikan sebagai zat yang bila dilarutkan dalam air, mengalami disosiasi dengan pembentukan ion OH- sebagai ion negatif.
            Kesetimbangan asam basa merupakan suatu topik yang sangat penting dalam kimia dan bidang-bidang lain yang mempergunakan kimia, seperti biologi, kedokteran dan pertanian. Titrasi yang menyangkut asam dan basa sering disebut asidimetri – alkalimetri. Sedangkan untuk titrasi atau pengukuran lain-lain sering juga dipakai akhiran –ometri menggantikan –imetri. Kata metri berasal dari bahasa Yunani yang berarti ilmu atau proses atau seni mengukur. Pengertian asidimetri dan alkalimetri secara umum ialah titrasi yang menyangkut asam dan basa.
            Pereaksi atau larutan yang selalu dijumpai di laboratorium dimana pembakuannya dapat ditetapkan berdasarkan pada prinsip netralisasi asam – basa (melalui asidi – alkalimetri) diantaranya adalah HCl, H2SO4, NaOH, KOH dan sebagainya. Asam dan basa tersebut memiliki sifat-sifat yang menyebabkan konsentrasi larutannya sukar bahkan tidak mungkin dipastikan langsung dari proses hasil pembuatan atau pengencerannya. Larutan ini disebut larutan standar sekunder yang konsentrasinya ditentukan melalui pembakuan dengan suatu standar primer.
            Asidi-alkalimetri berperan penting dalam berbagai bidang kehidupan. Oleh karena itu, untuk lebih memahami konsep peniteran asidi – alkalimetri dan mengetahui konsentrasi standar dari zat yang dianalisa maka perlu dilakukan peniteran dengan menggunakan suatu standar primer, misalnya larutan asam oksalat.
1.2  Tujuan percobaan
-          Mengetahui konsentrasi NaOH standar
-          Mengetahui kadar CH3COOH perdagangan
-          Mengetahui volume titran (NaOH) yang digunakan untuk menetralkan CH3COOH
1.3  Prinsip percobaan
            Menentukan kadar atau konsentrasi suatu larutan dengan menggunakan larutan yang konsentrasinya diketahui dengan cara mentitrasi suatu zat yang konsentrasinya tidak diketahui dengan zat lain yang konsentrasinya diketahui sehingga jumlah mol kedua zat sama antara satu dengan lainnya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
            Zat-zat anorganik dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan penting : asam, basa dan garam.
            Asam secara paling sederhana didefinisikan sebagai zat, yang bila dilarutkan dalam air, mengalami disosiasi dengan pembentukan ion hidrogen sebagai satu-satunya ion positif.
            Sebenarnya ion hidrogen (proton) tak ada dalam larutan air. Setiap proton bergabung dengan satu molekul air dengan cara berkoordinasi dengan sepasang elektron bebas yang terdapat pada oksigen dari air, dan terbentuk ion-ion hidronium :
                                                H+ + H2O → H3O+
            Basa, secara paling sederhana dapat didefinisikan sebagai zat, yang bila dilarutkan dalam air, mengalami disosiasi dengan pembentukan ion-ion hidroksil sebagai satu-satunya ion negatif. Hidroksida-hidroksida logam yang larut, seperti natrium hidroksida atau kalium hidroksida hampir sempurna berdisosiasi dalam larutan air yang encer :
                                   
                                     
            Karena itu basa-basa ini adalah basa kuat. Di lain pihak larutan air amonia, merupakan suatu basa lemah. Bila dilarutkan dalam air, amonia membentuk amonium hidroksida, yang berdisosiasi menjadi ion amonium dan ion hidroksida :
                    
Namun lebih tepat untuk menulis reaksi itu sebagai
                       
Karena itu, basa kuat merupakan elektrolit kuat, sedang basa lemah merupakan elektrolit lemah. Tetapi tak ada pembagian yang tajam antara golongan-golongan ini, dan sama halnya dengan asam, adalah mungkin untuk menyatakan kekuatan basa secara kuantitatif.
            Menurut definisi yang kuno, garam adalah hasil reaksi antara asam dan basa. Proses-proses semacam ini disebut netralisasi. Definisi ini adalah benar, dalam artian, bahwa jika sejumlah asam dan basa murni ekuivalen dicampur, dan larutannya diuapkan, suatu zat kristalin tertinggal, yang tak mempunyai ciri-ciri khas suatu asam maupun basa. Zat-zat ini dinamakan garam oleh ahli-ahli kimia zaman dulu. Jika persamaan reaksi dinyatakan sebagai interaksi molekul-molekul.
                       
Pembentukan garam seakan-akan merupakan hasil dari suatu proses kimia sejati. Tetapi ini sebenarnya tidak tepat. Kita tahu bahwa baik asam (kuat) maupun basa (kuat), serta pula garam hampir sempurna berdisosiasi dalam larutan.
                                   
Sedangkan air, yang juga terbentuk dalam proses ini, hampir-hampir tak berdisosiasi sama sekali. Karena itu, lebih tepat untuk menyatakan reaksi netralisasi sebagai penggabungan ion-ion secara kimia :
                       
Dalam persamaan ini, ion Na+ dan Cl- tampil pada kedua sisi. Karena dengan demikian tak ada terjadi apa-apa dengan ion-ion ini, persamaan ini dapat disederhanakan menjadi
                                   
Yang menunjukkan bahwa hakekat suatu reaksi asam-basa (dalam larutan air) adalah pembentukan air. Ini ditunjukkan oleh fakta, bahwa panas netralisasi adalah kurang lebih sama (56,9 KJ) untuk reaksi suatu mol setiap asam kuat dan basa kuat yang sembarang. Garam adalah wujud padat dibangun oleh ion-ion, yang tersusun dalam pola yang teratur dalam kisi kristalnya.
            Zat-zat amfoter, atau amfolit, mampu melangsungkan reaksi netralisasi baik dengan asam maupun basa (lebih tepatnya, baik dengan ion hidrogen maupun ion hidroksil). Misalnya, aluminium hidroksida bereaksi dengan asam kuat, pada mana ia melarut dan ion aluminium terbentuk :
                       
Dalam reaksi ini aluminium hidroksida bertindak sebagai basa. Di lain pihak, aluminium hidroksida juga bisa dilarutkan dalam natrium hidroksida :
                       
Pada mana ion tetrahidroksoaluminat terbentuk. Dalam reaksi ini aluminium hidroksida berperilaku sebagai asam. (G. Shevla, Ph.D, D.Sc, F.R.I.C. 1985)
            Bila suatu asam dan suatu basa yang masing-masing dalam kuantitas yang ekuivalen secara kimiawi, dicampur akan dihasilkan suatu reaksi penetralan, yang menghasilkan suatu larutan garam dalam air. Larutan ini akan benar-benar netral jika asam dan basa itu sama kuat ; kalau tidak, akan diperoleh larutan asam lemah atau basa lemah. Konsentrasi suatu larutan asam atau basa yang anu (unknown) dapat ditentukan dengan titrasi dengan larutan yang konsentrasinya diketahui. Teknik semacam itu disebut analisis volumetri. (Kleinfetter. 1987)
            Volumetri adalah cara analisis jumlah berdasarkan pengukuran volume larutan pereaksi berkepekatan tertentu yang direaksikan dengan larutan contoh yang sedang ditetapkan kadarnya. Reaksi dijalankan dengan titrasi, yaitu suatu larutan ditambahkan dari buret sedikit demi sedikit, sampai jumlah zat-zat yang direaksikan tepat menjadi akivalen satu sama lain. Pada saat titran yang ditambahkan tampak telah ekivalen, maka penambahan titran harus dihentikan; saat ini dinamakan titik akhir titrasi. Larutan yang ditambahkan dari buret disebut titran, sedangkan larutan yang ditambah titran itu disebut titrat. Dengan jalan ini, volume/berat titran dapat diukur dengan teliti dan bila konsentrasi juga diketahui, maka jumlah mol titran dapat dihitung. Karena jumlah titrat ekivalen dengan jumlah titran, maka jumlah mol titrat dapat diketahui pula berdasar persamaan reaksi dan koefisiennya. Perhatikanlah sekali lagi arti ungkapan ”pereaksi telah ekivalen”, yang berarti: telah tepat banyaknya untuk menghabiskan zat yang direaksikan. Titran dan titrat tepat saling menghabiskan; tidak ada kelebihan yang satu maupun yang lain. Ini tidak selalu berarti, bahwa pereaksi dan zat yang direaksikan telah sama banyak, baik volume maupun jumlah gram atau mol-nya. Hal ini jelas, sebab jumlah yang bereaksi ditentukan oleh persamaan reaksi. (Harjadi. 1987)
            Salah satu macam titrasi adalah titrasi asidimetri-alkalimetri, yaitu titrasi yang menyangkut asam dan/atau basa. Bila kita mengukur berapa mL larutan bertitar tertentu yang diperlukan untuk menetralkan larutan basa yang kadar atau titernya belum diketahui, maka pekerjaan itu disebut asidimetri. Peniteran sebaliknya, asam dengan basa yang titernya diketahui disebut alkalimetri. Dalam titrasi ini perubahan terpenting yang mendasari penentuan titik akhir dan cara perhitungan ialah perubahan pH titrat.
            Reaksi-reaksi yang terjadi dalam titrasi ini ialah :
-          asam dengan basa (reaksi penetralan); agar kuantitatif, maka asam dan/atau basa yang bersangkutan harus kuat.
-          asam dengan garam (reaksi pembentukan asam lemah); agar kuantitatif, asam harus kuat dan garam itu harus terbentuk dari asam lemah sekali.
-          basa dengan garam; agar kuantitatif, basa harus kuat dan garam harus terbentuk dari basa lemah sekali; jadi berdasar pembentukan basa lemah tersebut. (Harjadi. 1987)
            Berikut syarat-syarat yang diperlukan agar titrasi yang dilakukan berhasil :
  1. Konsentrasi titran harus diketahui. Larutan seperti ini disebut larutan standar.
  2. Reaksi yang tepat antara titran dan senyawa yang dianalisis harus diketahui.
  3. Titik stoikhiometri atau ekivalen harus diketahui. Indikator yang memberikan perubahan warna, atau sangat dekat pada titik ekivalen yang sering digunakan. Titik pada saat indikator berubah warna disebut titik akhir.
      Tujuan : memilih indikator yang memiliki titik akhir bertepatan dengan titik stoikhiometri.
  1. Volume titran yang dibutuhkan untuk mencapai titik ekivalen harus diketahui setepat mungkin. (Hardjono Sastrohamidjojo. 2005) 
            Proses titrasi asam – basa sering dipantau dengan penggambaran pH larutan yang dianalisis sebagai fungsi jumlah titran yang ditambahkan. Gambar yang diperoleh tersebut disebut kurva pH, atau kurva titrasi.
-    KURVA TITRASI –
            Larutan yang dititrasi dalam asidimetri-alkalimetri mengalami perubahan pH. Misalnya bila larutan asam dititrasi dengan basa, maka pH larutan mula-mula rendah dan selama titrasi terus menerus naik. Bila pH ini diukur dengan pengukur pH (pH-meter) pada awal titrasi, yakni sebelum ditambah basa dan pada waktu-waktu tertentu setelah titrasi dimulai, maka kalau pH dialurkan lawan volume titran, kita peroleh grafik yang disebut kurva titrasi.
            Bila suatu indikator pH kita pergunakan untuk menunjukkan titik akhir titrasi, maka :
  1. Indikator harus berubah warna tepat pada saat titran menjadi ekivalen dengan titrat agar tidak terjadi kesalahan titrasi.
  2. Perubahan warna itu harus terjadi dengan mendadak, agar tidak ada keragu-raguan tentang kapan titrasi harus dihentikan.
            Untuk memenuhi pernyataan (1), maka trayek indikator harus mencakup pH larutan pada titik ekivalen, atau sangat mendekatinya; untuk memenuhi pernyataan (2), trayek indikator tersebut harus memotong bagian yang sangat curam dari kurva.
-    Indikator Asam Basa –
            Indikator asam basa ialah zat yang dapat berubah warna apabila pH lingkungannya berubah. Misalnya biru bromtimol (bb); dalam larutan asam ia berwarna kuning, tetapi dalam lingkungan basa warnanya biru. Warna dalam keadaan asam dinamakan warna asam dari indikator (kuning untuk bb), sedang warna yang ditunjukkan dalam keadaan basa disebut warna basa.
            Akan tetapi harus dimengerti, bahwa asam dan basa disini tidak berarti pH kurang atau lebih dari tujuh. Asam berarti pH lebih rendah dan basa berarti pH lebih besar dari trayek indikator atau trayek perubahan warna yang bersangkutan.
            Perubahan warna disebabkan oleh resonansi isomer elektron. Berbagai indikator mempunyai tetapan ionisasi yang berbeda dan akibatnya mereka menunjukkan warna pada range pH yang berbeda. (Khopkar. 2003)
            Kebanyakan indikator asam basa adalah molekul kompleks yang bersifat asam lemah dan sering disingkat dengan HIn. Mereka memberikan satu warna berbeda bila proton lepas. (Hardjono Sastrohamidjojo. 2005)
            Contoh : Fenolftalein, indikator yang lazim dipakai, tak berwarna dalam bentuk Hin-nya dan berwarna pink dalam bentuk In, atau basa. Struktur Fenolftalein, sering disingkat PP, adalah sebagai berikut :
                   tak berwarna                                                           merah
                          PP                                                            basa konjugat PP
            dalam bentuk asam (HIn)                                dalam bentuk basa (In-)
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat-alat
-          Buret
-          Pipet volume 10 ml
-          Labu ukur 100 ml
-          Pipet tetes
-          Erlenmeyer 100 ml
3.2 Bahan-bahan
-          Asam cuka perdagangan
-          NaOH 0,1 N
-          Asam oksalat dihidrat
-          Indikator PP
3.3 Prosedur Percobaan
      3.3.1 Asidimetri
-          Dituang asam oksalat 0,1 N kedalam buret
-          Dipipet 10 ml NaOH lalu dituangkan kedalam erlenmeyer
-          Ditambahkan indikator PP sebanyak 2 tetes
-          Dititrasi dengan larutan asam oksalat 0,1 N hingga terjadi perubahan warna
-          Dicatat volume oksalat yang diperlukan
-          Dihitung konsentrasi NaOH
      3.3.2 Alkalimetri
-          Dituang larutan NaOH yang telah distandarisas kedalam buret
-          Dipipet 10 ml cuka perdagangan lalu diencerkan hingga 100 ml
-          Dipipet 10 ml cuka yang telah diencerkan lalu dimasukkan kedalam erlenmeyer
-          Ditambahkan indikator PP sebanyak 3 tetes
-          Dititrasi dengan NaOH hingga terjadi perubahan warna
-          Dicatat volume NaOH yang digunakan
-          Dihitung kadar cuka perdagangan
   
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Asidimetri
No.
Perlakuan
Pengamatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Dituang asam oksalat 0,1 N kedalam buret
Dipipet 10 ml NaOH lalu dituangkan kedalam erlenmeyer
Ditambahkan indikator PP sebanyak 2 tetes
Dititrasi dengan larutan asam oksalat 0,1 N hingga terjadi perubahan warna
Dicatat volume asam oksalat yang diperlukan
Dihitung konsentrasi NaOH
-    warna titrat menjadi merah lembayung
-    perubahan warna dari merah lembayung menjadi tidak berwarna
-    V1 = 6,4 ml ,  V2 = 6,1 ml
-    Vrata-rata = 6,25 ml
N NaOH =
                = 0,0625 N
4.1.2 Alkalimetri
No.
Perlakuan
Pengamatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Dituang larutan NaOH yang telah distandarisasi kedalam buret
Dipipet 10 ml cuka perdagangan lalu diencerkan hingga 100 ml
Dipipet 10 ml cuka yang teah diencerkan lalu dimasukkan kedalam erlenmeyer
Ditambahkan indikator PP sebanyak 3 tetes
Dititrasi dengan NaOH hingga terjadi perubahan warna
Dicatat volume NaOH yang digunakan
Dihitung kadar cuka perdagangan
-    Larutan tetap berwarna bening
-    perubahan warna dari bening menjadi merah lembayung
-    V = 13,6 ml
C=
 =
 = 51 gr/mL
4.2 Reaksi
4.3 Perhitungan
4.3.1 Konsentrasi NaOH
            V1 = 6,4 ml                 V rata-rata =
            V2 = 6,1 ml
            N NaOH =
                            = 0,0625 N
4.3.2 Kadar CH3COOH perdagangan
            V = 13,6 ml
           C =
               =
                = 51 gr/mL
4.4 Pembahasan
            Titrasi asam basa sering disebut asidimetri-alkalimetri. Reaksi dasar dalam titrasi asam-basa adalah netralisasi atau penetralan, yaitu reaksi asam dan basa, yang dapat dinyatakan dalam persamaan reaksi seperti berikut :
                                    H+ + OH-  →  H2O
Bila kita mengukur berapa ml larutan asam bertitar tertentu yang diperlukan untuk menetralkan larutan basa yang kadar atau titernya belum diketahui, maka pekerjaan itu disebut asidimetri. Peniteran sebaliknya, asam dengan basa yang titernya diketahui disebut alkalimetri.
            Dalam titrasi sampel direaksikan dengan suatu pereaksi sehingga jumlah kedua zat tersebut ekivalen. Bila pereaksi digunakan dalam bentuk padat, maka beratnya harus diketahui dengan tepat. Bila pereaksi digunakan dalam bentuk larutan, maka volume dan konsentrasinya harus diketahui dengan tepat. Larutan yang diketahui konsentrasinya disebut larutan baku atau larutan standar. Larutan standar dibagi menjadi dua yaitu, larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer adalah larutan yang kadarnya dapat diketahui secara langsung dari hasil penimbangan. Contohnya K2Cr2O7 dan Na2B4O7.
            Syarat-syarat larutan standar primer adalah :
  1. Sangat murni atau mudah dimurnikan
  2. Stabil dalam keadaan biasa, setidak-tidaknya selama ditimbang
  3. Sedapat mungkin mempunyai berat ekivalen tinggi untuk mengurangi kesalahan penimbangan
  4. Dalam titrasi akan bereaksi menurut syarat-syarat reaksi titrasi
  5. Mempunyai rumus molekul yang pasti
            Larutan standar sekunder adalah larutan yang konsentrasinya ditentukan dengan cara pembakuan. Contohnya NaOH dan HCl.
            Pelaksanaan penentuan kadar zat dengan jalan titrasi yaitu, larutan peniter diteteskan sedikit demi sedikit kedalam larutan contoh sampai tercapai titik akhir titrasi yaitu, titik dimana indikator tepat berubah warna. Hendaknya diusahakan agar titik akhir ini sedekat mungkin pada titik ekivalen yaitu, titik dimana titran dan titrat tepat saling menghabiskan, tidak ada kelebihan yang satu maupun yang lain.
            Dalam penentuan titik akhir titrasi digunakan indikator yaitu, senyawaan yang digunakan sebagai penunjuk visiual pada saat tercapainya titik setara titrasi antara dua larutan tertentu. Dalam asidi-alkalimetri indikator yang digunakan adalah indikator pH yaitu zat yang dapat berubah warna apabila pH lingkungannya berubah. Sebenarnya telah terjadi reaksi antara indikator dan asam atau basa yang bersangkutan. Beberapa penunjuk yang biasa digunakan untuk titrasi asam-basa:
Penunjuk
Warna Larutan
Trayek pH
Asam
Basa
Sindur Metil      ( SM )
Merah
Sindur
3,1 - 4,4
Merah Metil    ( MM )
Merah
Kuning
4,2 - 6,2
Lakmus             ( L )
Merah
Biru
5,0 - 8,0
Merah netral     ( MN )
Merah
Kuning
6,8 - 8,0
Phenolphthalein  ( PP )
Tak berwarna
Merah lembayung
8,2 - 10,0
Thymolphthalein ( TP )
Tak berwarna
Biru
9,3 - 10,5
            Pada percobaan titrasi antara NaOH dan CH3COOH yaitu titrasi asam lemah dengan basa kuat digunakan indikator PP. Dikarenakan trayek pH indikator PP mencakup pH titik ekivalen antara asam lemah dengan basa kuat. Jadi ketika indikator tepat berubah warna atau titik akhir titrasi telah tercapai, ini berarti jumlah titrat telah ekivalen dengan jumlah titran. Oleh karena itu, indikator PP sangat tepat digunakan untuk penunjuk titrasi asam lemah dengan basa kuat.
            Pada peniteran asidimetri pada percobaan yang dilakukan adalah penetapan kenormalan NaOH dengan menggunakan asam oksalat sebagai larutan standar primer yang berfungsi sebagai titran. Indikator yang digunakan adalah indikator PP. Indikator PP ditambahkan 2 tetes pada larutan NaOH 10 ml, menyebabkab warna larutan NaOH berwarna merah lembayung. Perubahan warna menjadi merah lembayung dikarenakan indikator bereaksi dengan basa (NaOH). Setelah ditambah indikator, lalu titrat dititrasi dengan titran hingga mencapai titik akhir ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi tidak berwarna. Hal ini dikarenakan penambahan [H+] sehingga [OH-] berkurang dan keseimbangan bergeser ke kiri, perubahan ini menjadi HIn hingga titik akhir warna tidak terlihat. Pengerjaan titrasi dilakukan secara duplo untuk lebih meyakinkan bahwa titik akhir sudah tercapai dan hasil dari dua kali titrasi hendaknya jangan berbeda lebih dari 0,05 ml. Setelah didapat titik akhir pada volume asam oksalat 6,4 ml dan 6,1 ml, maka dapat dihitung kenormalan NaOH standar yang dapat digunakan untuk menetapkan kadar asam yang akan ditetapkan kadarnya. Dari perhitungan didapatkan konsentrasi NaOH sebesar 0,0625 N.
            Pada peniteran alkalimetri pada percobaan ini yang akan ditetapkan kadarnya adalah asam cuka perdagangan. Sebanyak 10 ml asam cuka diencerkan didalam labu ukur hingga 100 ml. Dari 100 ml larutan asam cuka yang telah diencerkan dipipet 10 ml dan ditambahkan 2 tetes indikator PP. Larutan asam cuka yang ditambahkan indikator PP tidak mengalami perubahan warna. Lalu asam cuka dititrasi dengan larutan NaOH yang telah distandarisasi. Pada saat titik akhir telah tercapai warna larutan berubah menjadi merah lembayung dikarenakan penambahan [OH-], menyebabkan [H+] berkurang dan keseimbangan bergeser ke kanan, perubahan HIn menjadi In-. Sehingga warna larutan berubah menjadi merah lembayung yang disebut warna basa indikator. Setelah didapat titik akhir pada volume NaOH 13,6 ml, maka dapat dihitung kadar CH3COOH perdagangan. Dari perhitungan didapatkan kadar CH3COOH sebesar 51 gr/mL.
            Pada saat melakukan titrasi banyak kemungkinan faktor kesalahan yang terjadi diantaranya :
-          Kebersihan alat-alat yang digunakan. Alat yang digunakan harus bersih dan kering agar tidak terjadi kontaminasi dengan zat-zat sisa yang tertinggal pada alat-alat yang digunakan.
-          Kelebihan titran sehingga volume titik akhir melebihi yang seharusnya.
-          Kesalahan praktikan pada pembacaan miniskus buret.
            Dalam kehidupan sehari-hari asidi alkalimetri memiliki peranan penting. Misalnya dalam bidang kesehatan basa (Mg(OH)2) digunakan sebagai antasida untuk menetralkan asam lambung (HCl). Dalam bidang farmasi asidi alkalimetri digunakan untuk menentukan gugus obat sulfa.
No.
Nama
Warna
Trayek pH
Asam
Basa
1
Asam pikurat
tidak berwarna
kuning
0,1 - 0,8
2
Biru Timol
merah
kuning
1,2 - 2,8
3
2,6-Dintrofenol
tidak berwarna
kuning
2,0 - 4,0
4
Kuning metil
merah
kuning
2,9 - 4,0
5
Jingga metil
merah
jingga
3,1 - 4,4
6
Hijau bromkresol
kuning
biru
3,8 - 5,4
7
Merah metil
merah
kuning
4,2 - 6,3
8
Lakmus
merah
biru
4,5 - 8,3
9
Purpus bromkresol
kuning
purpur
5,2 - 6,8
10
Biru bromtimol
kuning
biru
6,0 - 7,6
11
Merah fenol
kuning
merah
6,4 - 8,0
12
p- α - Naftolflatein
kuning
biru
7,0 - 9,0
13
Purpus kresol
kuning
biru
7,4 - 9,6
14
Fenolftalein
tidak berwarna
merah
8,2 - 10,0
15
Timolftalein
tidak berwarna
biru
9,3 - 10,5
16
Kuning alizarin R
kuning
violet
10,1 - 12,0
17
1,3,5- Trinitrobenzen
tidak berwarna
jingga
12,0 - 14,0
           
            Pada peniteran asam dan basa, setiap basa yang diteteskan bereaksi dengan asam dan peniteran dihentikan pada saat jumlah mol H+ setara dengan jumlah mol OH-. Pada saat ini larutan bersifat netral, atau [H+] = [OH-] = 107.
            Pada peniteran asam lemah-basa kuat. pH nya pada titik ekivalen > 7 karena kebasaan konjugat asam lemah CH3COO-. Indikator yang tepat untuk titik akhir titrasi ini salah satunya adalah fenolftalein yang memiliki trayek pH 8,2 – 10,00.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
-          Konsentrasi NaOH standar yang digunakan dalam percobaan adalah 0,0625 N
-          Kadar asam asetat perdagangan yang dipakai dalam percobaan adalah 51 gr/mL
-          Volume NaOH terpakai pada peniteran CH3COOH sebanyak 13,6 ml
5.2 Saran
            Dalam melakukan percobaan dapat digunakan asam kuat-basa kuat atau asam kuat-basa lemah agar praktikan lebih dapat memahami titrasi asam-basa dan dapat digunakan indikator yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Harjadi,W. 1987. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT. Gramedia : Jakarta
Keenan,W. Kleinfelter. 1980. Kimia Untuk Universitas. Erlangga : Jakarta
Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia :  Jakarta
Sastrohamidjojo, Hardjono. 2005. Kimia Dasar. Gajah Mada Universitas Press : Jogjakarta
Shevla, G. 1985. Vogel Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro.
               PT. Kalman Media Pustaka : Jakarta